Monday, March 10, 2008

Apakah (bukan) ini...

Photobucket

Tiba-tiba aku jadi tak acuh dengan dia. Entahlah. Rasa yang digelontorkan sedemikian vulgar. Gejolak yang dituangkan terlalu awal. Hentakan hasrat yang dikirim secara bertubi: rupanya bukanlah sesuatu yang aku nanti.

Aku memang merindui akan hadirnya sebentuk rasa. Tapi.. bukan rasa yang seperti ini. Bukan rasa yang diucap secara liar. Bukan rasa yang dibungkus dalam sebuah letup jiwa transparan.

Aku memang ingin mencinta. Tapi aku merindukan sebuah cinta yang dibalut dalam rona sederhana. Bukan cinta yang menderu. Bukan riak yang menghantam tanpa peduli siang atau malam.

Bukanlah aku berungkali berucap: ajari aku kembali cara untuk mencinta. Tidakkah itu terucap cukup jelas? Aku tidak meminta untuk diajari hasrat yang menggelora. Atau emosi yang meletup. Atau hasrat yang terlepas dari tali kekangnya. Bukan.. bukan itu yang aku pinta.

Mungkin tak adil bila aku meminta kamu untuk mengerti. Atau setidaknya belajar untuk mengerti. Sama dengan tidak adilnya kamu untuk terus merecoki aku dengan igau rasa yang melumuri bibir dan hatimu. Aku berharap kita bisa bertaut rasa dengan tiada banyak berucap. Cukup dengan menengok hati melalui tatap mata. Atau sekadar bertukar hasrat melalui bahasa jiwa yang terkoyak. Tapi.. ah, ternyata, memang aku belum bisa terbebas dari kepungan egois jiwa.

Dan bila akhirnya aku memilih untuk menunduk, membiarkan rasa yang aku sangkakan akan menderu itu kembali menelungkup, aku tidak bisa meminta lebih lagi. Aku tak bisa memaksakan kamu memaknai sesuatu berdasarkan kemauanku. Tapi, aku juga tak kuasa untuk paksakan hatiku mengikuti deras rasa hatimu. Biarlah setelah semua keributan yang pernah tercipta itu, tercipta kehengingan yang sublim. Keheningan yang, semoga, bisa menyadarkan kita akan apa yang sebenarnya kita tunggu selama ini. Akan hadirnya sebentuk rasa. Sesosok jiwa. Sebentuk hangat keteduhan yang berujud dalam rupa manusia.

Bila memang tidak malam ini, semoga saja malam berikutnya. Dan bila saja tidak dengan aku atau kamu, semoga saja dengan dia yang ada di tikungan hidup di kelokan jalan hidup kita berikutnya.


Yakinlah.. Ketika waktunya tiba, semua akan menjadi indah.

3 comments:

Kian said...

aku pun merendahkan rasa ini

Ardhana's notes said...

Duh dalem bgt sih mas...mang cinta tu ga bisa datang secepat kilat tp aku percaya dengan berjalannya waktu pasti rasa itu tumbuh.moga ja ini ga menyurutkan semangat si dia ya mas...aku turut bdoa utk kalian.

(*sok tau ya hehhehe...tp dikit banyak ngerti kq maksudnya siapa...*)

ishtar said...

hemm..ini yang kamu maksud ingin mencinta dengan sederhana?
sebenarnya cinta itu memang sederhana kan?
kita saja manusia yang suka membuatnya menjadi rumit..