Sunday, January 14, 2007

Saat Cinta Menyentuh Hati Kita




Hari ini aku terbangun dengan cairan cinta menggenang di pelupuk mataku. Dan ketika kubuka mata, bening getah cinta pun merayap. Bergulir menggelinding ke dalam retina mataku. Bening cairan cinta lalu mengubah dirinya menjadi tangan-tangan mungil bersepuhkan hangat menenangkan. Mengusap kelopak yang masih mendekap erat bola mataku.
Aku lalu beranjak menggelajar sajadah. Mengecup pucuk-pucuk hangat pertemuan dengan Kekasih. Dan ketika aku telah merampungkan perjumpaan dengan Kekasihku, cinta telah mengubah dirinya menjadi laksa air menyejukkan. Ia menelusuri seluruh lekuk tubuhku. Menawarkan kesegarannya mengusir penat yang menggantung. Menyalakan kilau tajamnya untuk menghela perompak-perompak yang menawan cerah jiwa. Cinta telah membungkus diriku dengan aroma wangi. Dan mengguyur diriku dengan kesegaran jasmani.
Aku, kemudian, mulai mengepak diriku dalam balutan busana untuk bekerja. Ketika sepatu aku pasangkan, cinta melesak ke bawah. Mengepakkan sayapnya. Mendekap erat tiap-tiap sisi bawah sepatuku. Cinta mengangkat tubuhku. Menerbangkan diriku dalam langkah-langkah riang. Penuh senandung menyegarkan. Betapa elok perjalanan di pagi hari ini. Dengan cinta menempel di sepatuku, setiap persentuhanku dengan tanah, dengan rumput, adalah perjalanan pulang ke pangkuan kekasih yang telah 2 tahun aku tinggalkan.
Dan ketika aku memasuki bus, cinta telah berbaring membentuk empuk merdu kursi. Melindungi diriku dari penat dan lelah. Menjauhkan diriku dari bau-bau jiwa yang tiada pernah dipeluk oleh cinta. Pun ketika bus oleh jalan yang berlubang, cinta dengan cepat mengantupkan kedua tangannya. Melingkar di pinggangku. Memberikan dekap hangat melegakan.
Dalam perjalanan bisu tanpa teman, cinta mengubah dirinya menjadi burung perkutut. Sayapnya terjulur ke depan. Membentuk elok saxospon. Lalu, mengalirlah nada-nada indah itu. Mengusir sepi yang menyeringai. Menghadirkan sesosok teman hangat. Menghalau rasa sunyi sepi.
30 menit pun berlalu. Perjalanan pun usai. Cinta melompat turun ketika kakiku menggapai aspal depan kantorku. Cinta mengubah dirinya menjadi rumpai-rumpai yang menjulur. Melambai keluar dari gerbang kantorku. Membentangkan tangannya. Menyambut, dan berucap lembut: selamat datang.
Cinta lalu menyusup ke dalam bibir para penjaga pintu. Wajah-wajah sangar yang terbiasa kaku, yang terbiasa terbalut dalam sinis penuh selidik, pergi sudah. Pagi itu, cinta telah memangkas wajah-wajah itu menjauh. Dan menghadirkan sejuta arjuna berbaris. Menenggelamkan dunia dalam senyum penuh aroma cinta.
Cinta yang telah tersebar, rupanya masih saja tersisa di setiap sisi sepatuku. Langkah masih saja ringan. Penuh dengan senandung bahagia. Dan, aku pun sudah terduduk di belakang mejaku.
Cinta. Andai kita tak lagi punya apa. Cukup saja ada cinta di hati. Cinta akan memberi lebih dari apa yang kita ingini. Karena cinta akan selalu ada di sana. Selalu.

No comments: