Saturday, December 29, 2007

Setelah ini, lalu apa?

Pernah kita merasa telah melangkah jauh. Menyeret kaki menempuh berpuluh kilo. Atau mungkin mil. Tapi ketika kita menengok ke belakang, ternyata kita tidak membawa apa-apa. Atau mungkin lebih tepat, tidak mendapatkan apa-apa.
Yang kita lakukan kemudian adalah terdiam. Duduk termenung. Menatap guratan tanah menghitam. Sesekali pandangan terangkat menerawang. Gundah, pastinya, berlarian memenuhi jiwa kita. Selarit, bahkan berlarit-larit sesal, tentulah terlahir membuncah. Ada sebagian dari kita mungkin kemudian melompat berteriak. Histeris. Menangis.

Hidup, bagaimana pun juga, apapun yang terjadi, adalah rangkaian siang dan malam yang muncul bergantian. Entah kita siap menanggungkan atau bukan, gelap akan selalu menggantikan terang. Kita tidak bisa terduduk terdiam di suatu waktu. Memaksa waktu untuk berhenti. Memaksa untuk siang terus menampakan terang. Atau mengancam malam agar tetap menggelar gelap. Waktu selalu berputar dalam lingkarannya yang konstan. Mau atau tidak, kita juga harus bergulir mengikutinya. Luruh dalam pergantiannya.

Apa yang kita tanggungkan sekarang mungkin tidak sama dengan ketika pertama ia kenakan. Pertalian cinta kita dengan seseorang, hubungan pertemanan, kisah karier, studi, semuanya, pastilah tidak sama dengan ketika waktu pertama kali bersinggungan. Kehangatan cinta menjadi semakin berkurang, aroma teman bisa semakin menipis atau menebal, dinamika karir bisa berhenti atau berlanjut. Seringkali ketika kita berhenti, mencoba mengeja ulang, melihat ke belakang, kita terkejut, betapa banyak perubahan yang telah terjadi. Betapa tangan yang awalnya mendekap erat, perlahan mulai mengendur. Sebagian masih setia melingkar, sebagian pamit berurutan menghilang. Karir yang semula redup mendadak membuncah terang. Atau teman yang semula akrab, mulai termakan virus-virus kehidupan.

Tapi, itulah, tiap kita berhenti, mencoba menelaah apa yang terjadi, pasti selalu terjadi berbagai perubahan. Sebagian menyenangkan. Sebagian, dan yang sering terjadi, adalah menyesakkan.

Ketika waktu jeda menghilang, seharusnya perjalanan tetap diteruskan. Beban kembali kita sandang. Pakaian kembali dikenakan. Belit jaring kehidupan kembali kita tanggungkan. Dan, memang demikianlah seharusnya. Tidak seharusnya tempat peristirahatan malah membuat kita tidak kunjung beranjak. Tidak sepantasnya tempa menatap napas, malah menjauhkan kita dari masa depan.

Kita sekarang terdiam untuk melihat kebelakang. Menanyakan lalu apa setelah ini. Dan entah jawab itu sudah ada atau tidak, perjalanan tetap musti dilanjutkan. Tikungan di depan tetap musti ditempuh. Hujan tetap musti dirasakan. Dan berbagai keajaiban tetap menunggu untuk disibakkan.

Selamat tahun baru 2008. Semoga anda mengalami perjalanan yang menyenangkan.

No comments: