Thursday, October 16, 2008

Originil Sin

Wanita : aku ingin pisah saja
Pria : kenapa..
Wanita : aku telah mencium dia
Pria : bukankah itu ciuman yang tidak kamu sengaja?
Wanita : tapi itu tetep ciuman
Pria : lalu kenapa?
Lupakan saja. Aku tetep sayang kamu
Wanita : tapi aku telah mengkhianati kamu
Pria : come on.. don’t be such dramatic
Semua orang bisa buat kesalahan
Wanita : itu bukan jadi pembenaran
Pria : lalu apa mau kamu?
Wanita : kita pisah saja
Pria : hanya gara-gara sebuah ciuman?
Wanita : iya
Pria : tapi bukankah dia yang menjebak kamu.
Mengajak kamu berkendara di belantara hujan.
Lalu pura-pura terdampar di suatu tempat. Hingga terjadilah ciuman itu.
Wanita : tapi aku tidak menolak ciuman dia
Pria : itu karena kamu terbawa suasana
Wanita : lalu? Karena itu tindakanku menjadi benar?
Pria : aku memaafkan kamu.
Wanita : tapi aku tidak memaafkan diriku.
Pria : lalu kamu mau kita pisah?
Wanita : iya
Pria : kenapa
Wanita : agar aku tidak terus merasa dikejar dosa
Pria : aku bilang aku memaafkan kamu
Wanita : aku bilang aku tidak bisa memaafkan diriku.
Aku seperti seorang pendosa.
Kamu tidak tahu betapa aku merasa sangat hina saat ini.
Tiap kali mendengar suara kamu, dosa itu menggulung.
Melemparkan aku dalam pekat rasa bersalah.
Pria : (tidak bicara. Hanya diam)
Wanita : aku tidak pantas bersandingkan kamu.
Kamu terlalu baik. Terlalu lurus. Terlalu berharga untuk disakiti.
Pria : apa aku harus menjadi syetan agar terus bisa bersama kamu?
Wanita : (mendelik. Mata perlahan mulai sayu)
Tetaplah jadi pria yang baik.
Pria : buat apa jadi pria baik bila hanya untuk kehilangan kamu?
Wanita : bukan itu maksudku?
Pria : lalu bagaimana?
Wanita : aku bahagia dengan diri kamu sekarang. Kamu sudah sempurna bagiku.
Pria : tapi kenapa kamu ingin pisah dari aku?
Wanita : karena aku seorang pendosa.
Karena pendosa tidak pantas mendapat lelaki baik seperti kamu.
Pria : aku tidak berkeberatan jadi iblis agar terus bersama kamu?
Wanita : tidak. Tetaplah jadi diri kamu.
Pria : (sesaat diam)
Kamu membunuhku
Wanita : tidak. Aku melepaskan kamu.
Aku merasa tidak pantas mendapatkan kamu.
Kamu berhak mendapat yang lebih baik.
Percayalah, ini untuk kebaikan kamu.
Pria : kebaikan aku?
Wanita : iya
Pria : kamu pikir, kehilangan orang yang demikian kamu sayangi,
adalah sebuah kebaikan?
Kamu pikir, kehilangan apa yang membuat hidup ini terasa penuh,
adalah sebuah berkah?
Hoho.. come on.. tunjukkan padaku dimana letak kebaikannya?
Wanita : percayalah. Bila terus bersamaku kamu akan menderita.
Pria : siapa peduli. Yang penting aku bahagia sekarang.
Wanita : (setengah menjerit)
Tidakkah kamu dengar bahwa aku mencium dia?
Pria : lalu?
Wanita : aku wanita murahan. Aku tidak pantas buat kamu.
Pria : aku mengenal kamu lebih baik dari ayah kamu mengenal kamu.
Wanita : (kali ini setengah menangis)
Kamu pikir aku juga mau kehilangan kamu?
Pria : lalu kenapa kamu meminta berpisah?
Wanita : untuk kebaikan kamu
Pria : aku tidak melihat ada kebaikan dalam keputusan kamu
Wanita : sudahlah.
(bagian ini, biasanya, adalah dimana tangan dia bererak membelai rambutku)
Percayalah, ini demi kebaikan kamu.
Kamu hanya akan menderita bila terus bersamaku.
Pria : (diam)
Wanita : aku akan mulai melepaskan tangan kamu.
Berjanjilah, untuk juga melepaskan tanganku.
Pria : (masih diam)

Lalu mereka pun berpisah.

Bagian yang tidak diceritakan adalah, beberapa hari sebelum percakapan mereka di telepon malam itu, si pria berkunjung ke rumah seorang wanita. Seorang wanita lain. Keesokan harinya, sang pria mencium wanita itu. Ciuman singkat yang kemudian menjadi sebuah ciuman panjang. Dan kemudian terus berulang: Di rumah, di mobil, di jalan.

Pertanyaannya kemudian adalah: Apakah pengakuan dosa hanya milik perempuan?

2 comments:

-wie- said...

kamu mengaku dosa apa seh gie?

*kedip2

Arief Firhanusa said...

Saya merasa tersindir, bhuwkakakaka ...