Wednesday, October 15, 2008

LOENPIA: everywhere, everytime, stay connected.




Di balik temaram bilik warnet

Malam sedang mengenakan jas terbaiknya. Langit yang menyisakan sedikit semburat senja merah. Udara yang mulai menanggungkan dingin menyergap. Dan keheningan yang perlahan mulai diam memanjang.
Cukup lama dia terdiam di bilik warnet itu. Dingin yang menyembur dari AC yang menggantung, membuatnya menaikkan kerah baju. Andai saja waktu itu ia bawa sarong, pastilah ia sudah bergulung mencari kehangatan.
Detik terus merangkak menjadi menit. Tumpukan malam yang terlihat dari balik jendela semakin pekat. Ia masih saja terdiam di balik bilik warnet itu. Malam semakin terjebak dalam lorong keheningan yang panjang.
Perlahan, ia mulai bergerak. Nampak sebuah hela nafas panjang ia hembuskan. Kesedihan nampak jelas berlompatan dari balik tatap matanya. Raut wajah yang hampa mengabarkan duka mendalam sedang menyergap jiwa pemiliknya. Duka macam apa yang sedang engkau tanggungkan teman? Hingga keruh jiwa kamu sanggup mengubah aroma malam menjadi demikian pahit menggetirkan.
Akhirnya, ia mulai berhubungan dengan layar di depannya. Tangan menjulur menggapai tuts. Matanya nanar menelisik kata demi kata yang menghajar layer putih monitor. Getir di wajahnya perlahan tergerus seiring makin cepatnya tangan itu menyentuh deret tuts di depannya. Binar mata yang mulai bersinar. Kehidupan yang mulai berhembus kembali. Dan sebentuk asa yang kembali bersemai di tandus jiwa yang sedang menanggungkan lara itu.

To : semarangan@yahoogroups.com
Subject : [curhat] ketika hati sedang menanggungkan lara

Tak seorangpun ingin mengalami patah hati. Tak seorangpun juga bisa menghindar dari bencana patah hati.
Berkali-kali aku nembak dia. Berkali-kali itu juga dia tidak mati-mati. Dia tetep saja hidup. Bukan hidup untuk menyambutku. Membalas hangat cintaku. Tapi hidup untuk menolakku. Untuk mengabarkan bahwa tidak sedikitpun jiwanya merindukan aku.
Teman, doakan semoga aku tegar. Doakan juga semoga masih ada cadangan senjata untuk pertempuran berikutnya. Bukan untuk dia kok. Untuk wanita beruntung yang menunggu di tikungan jalan berikutnya.
Wish me luck, guys..


Beberapa lama terdiam. Menimbang sesuatu. Akhirnya ia pun menekan tombol itu. Send.


3 menit…
5 menit…

Dit..dit.. conversation update

Subject : RE:[curhat] ketika hati sedang menanggungkan lara
From : kucing mesum@gmail.com

Patah hati yo..? halah. Tenang wae. Patah hati kuwi tidak separah kalo kita ora iso bayar utang. Jadi… bersemangat bung. Kita selalu ada di belakang anda. Siapkan senjata. Mari berangkat tempur lagi.

5 menit 45 detik

From : kadalnesu@gmail.com
Subject : RE:[curhat] ketika hati sedang menanggungkan lara

Weleh-weleh…
PATAH HATI


7 menit

Subject : RE:[curhat] ketika hati sedang menanggungkan lara
From : kupugenit@gmail.com

Yang sabar ya mas. Hidup memang begitu. Cinta juga begitu. Wanita juga terkadang begitu. Tapi tidak semua wanita kebal terhadap senjata kok mas. Apalagi senjata yang mas tembakkan. Mas cuman perlu nemuin wanita yang tepat. Dan tanpa perlu ditembak, dia pasti sudah menyerahkan diri sendiri. Surrender gitchu..


Masih terdiam di kursi yang sama. Ia hanya bisa membiarkan matanya nanar melewati kata-kata demi kata yang semakin lama semakin kencang datang menghampirinya. Dunia yang semula sepi, mendandak menjadi riuh. hati yang tadinya tiarap dalam lara, perlahan mulai berdenyut.

Dalam kesadaran yang mulai mengumpul, bibir itu bergerak dengan pelan. Nyaris tanpa kata. Thank u, fren.


Di kursi tunggu stasiun kereta keberangkatan

Lihat siapa yang aku temukan di sini. Gotcha. Nina. Tampang manisnya tetap saja menempel di tubuhnya. Meski stasiun sedang panas. Meski berhimpitan dengan tampang-tampang kumal-kekar-penuh-dengan-jinjingan.
Sepertinya ia sedang menunggu seseorang. It could be Dudi, his boy. Or it could be someone else. hehe.. sori yo Dud. Bibir mungilnya sesekali nampak dimajukan. Persis seperti adik kecilku ketika kelamaan menunggu janji dibelikan boneka baru.
Menunggu bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Meski, kalimat ini aku dapat dari blog Susan, kita bisa membunuh waktu ketika menunggu. Dan siang itu, God bless u, Nina menemukan caranya sendiri untuk membunuh waktu. Sesaat setelah celingukan, gak jelas apa yang dicari, ditariknya benda berbalut beludru pink dari saku jaketnya. Dan, here it is, handphone kesayangan dia.

To : semarangan@yahoogroups.com
From : nina@gmail.com
Subject : [absent] Lagi bengong aja..

… hy guys… sekedar lapor. Sedang di tawang nunggu pacar pulang. Di sebelah ada cowok kekar, tapi aku takut. Jadi cuman lihat doank.


On the phone..

Tuhan mencipta hanya 1 dunia. Tapi manusia, dengan kompleksitas masalah dan kepentingannya, mengkapling dunia tersebut menjadi petak-petak area ruang pribadi mereka.

Dan alangkah nikmatnya, ketika kita telah menemukan petak dunia tempat pribadi bagi diri kita. Dan orang-orang yang termasuk satu selera dengan kita.

Simak obrolan berikut ini.

Perempuan 1 : dengar gak mbakyu? (suaranya terdengar tergopoh)
Perempuan 2 : dengar apa?
Perempuan 1 : Christina mau kawin lagi?
Perempuan 2 : hah? (nada dibuat terkejut)
Perempuan 1 : ia loh
Perempuan 2 : aku kok baru tau ya


Ups.. sori.. bukan jenis percakapan macam ini yang saya maksudkan.

Perempuan 1 : mbak, ada salon baru loh..
Perempuan 2 : wah, asyik tuh. Kebetulan dah lama aku tidak luluran.
Perempuan 1 : udah gitu, harganya agak miring lagi (maklum, doski masih mahasiswi)
Perempuan 2 : halah. Miring sih gak penting. (kelihatan, kalo doi adalah wanita karir)
Perempuan 1 : jadi nih, kita nyamperin tuh salon.
Perempuan 2 : atur aja jadualnya (tuh kan, lagak bossy kental banget)
Perempuan 1 : kalo gitu aku telp si mina ya?
Perempuan 2 : sekalian aja si desi, siska, mini, dan Karen?
Perempuan 1 : ntar marni dan mona ngambek gak diajakin?
Perempuan 2 : kalo gitu rame-rame aja. Ajak ayu, yuli, mince, dono (kok, kan nama cowok? Bodo ah), parmin (nah? Cewek pa cowok nih), siska.
Perempuan 1 : waduh…. Stop mbak… (terdengar histeris)
Perempuan 2 : napa non?
Perempuan 1 : tega sekali mbak nih. Bisa jebol pulsaku.
Perempuan 2 : waduh, pake milis dunk jenk. (terdengar suara gesekan. Mungkin bunyi dada yang sedang dielus)
Perempuan 1 : hehe.. iya dink.

Couple minutes..

To : semarangan@yahoogroups.com
From : cewekkenes@ayumail.com
Subject : [girlthings]yuk dandan..

Mbak-mbak, jeng-jeng, non-non, ibu-ibu, adik-adik, pada sabtu sore, tanggal 12 November 2010, kita akan menyerbu rame-rame salon ‘Mendadak Ayu’. Tu salon top abis loh. Bisa nyulap tampilan standar jadi agak mendingan.
So.. if u don’t want to miss a thing, get your seat as soon as possible.
Scratch your name on the list below.


1. cewek kenes
2. ..
3. ..
4. …

Reaksi yang terjadi pada list beberapa waktu kemudian.

5 menit…
1. cewek kenes
2. akuayu >>yuk mari..
3. dewi asmara >>melu ah…

20 menit..


19. kucing garong >>ajibb.. solek maning..
20. lanang tenan >>nih pria metroseksual

3 hari..


85. putri domas >>lumayan. Persiapan malem minggu



Sebuah meja. Sebuah ruang. Sebuah gedung. Sebuah kampus.

Tampilannya trendy. Setelan baju ‘body fit’ Van Heusen berpadu celana ‘booth cup’ Cardinal. Bawah dikit, polesan semir ‘Kiwi’ erat memeluk sepatu ‘Yongki Komaladi’ yang erat memeluk kaki.

Di lingkar lengan kananya, nampak gagah bertengger jam tangan… Rolex? Bukan? Swiss Army? Bukan… Louis Arden? Iya. Hadiah ulang tahun dari istrinya itu memang membuat penampilannya terdongkrak sekitar 5%.

Ups.. sori, aku kelepasan menyebut dia sudah beristri. Tongkrongan ala Eksmud, gerak-gerik yang sedikit agresif, sepintas mengabarkan bahwa dia masuk kategori ‘high quality jomblo’. Tapi seperti bunyi plesetan iklan: never trus your own eyes. Never impress on the first impression.’Jadi warning buat para gadis: berhati-hatilah.
Pura-pura aja sibuk, angkat handphone meski tidak sedang berdering, garuk-garuk kulit meski tidak sedang gatal, lepas baju meski tidak sedang akan mandi (ups..kalo yang ini jangan dink).

Bukan kemeja Van Heusen, celana Cardinal, jam Louis Arden, ato kedip mahasiswi yang melintas, tapi benda kecil di atas meja dia yang akan kita bincangkan. Benda tipis persegi panjang. Berwarna putih. Dengan beberapa baris kata menyepuh atasnya.
Laki-laki ini memang beruntung. Atau pekerjaannya yang membuat dia beruntung. Atau birokrasi dalam pekerjaannya yang membuat dia beruntung. Ah, pokoknya laki-laki ini sedang beruntung. Uang gaji masih hangat mengepul, honor tulisan juga mulai berkarat karena tidak diambil, dan sekarang, hanya untuk beberapa coret tanda tangan, ia dianugerahi amplop.

Setelah beberapa lama cengar-cengir tak karuan, sebuah pijar lampu menyala dalam kepalanya. Pahlawan kita ini nampaknya sudah mendapat ide brilian. Mungkin saja ia menemukan teori konstruksi bangunan baru, teori cakar beton baru, ato teori percintaan baru. Kalo om Archimedes dulu berteriak ‘Eureka’ dalam kesetengah telanjangannya, paka pahlawan kita ini, hanya mengepalkan tanganya. Menarik senyumnya. Dan perlahan mulai membuka laptopnya. Hm.. jadi penasaran nih.. what kind of brilliant idea he’s just got…

Dan mulailah menari tangan tokoh kita itu di atas tuts laptopnya.

To : semarangan@yahoogroups.com
From : sang guru@kampusku.com
Subject : [makan-makan]

Teman-teman senasib seperjuangan.
Saya baru saja mendapat rejeki nomplok. Halal. Barokah. Lumayan besar. Untuk menambah keberkahannya, maka saya mengajak saudara-saudara sekalian untuk menikmati santap malam. Silahkan bergabung. Pastikan anda mempersiapkan perut sebaik mungkin.
Silahkan isi daftar absent di bawah ini.


1. sang guru
2. ..

Sialan. Kirain ide brilian apa yang tokoh kita ini temukan. Ternyata cuman ajakan makan. Tapi bagus jugalah. Setidaknya sang tokoh menemukan cara untuk membelanjakan uangnya demi kebaikan sebagian kecil umat manusia. Asik… makan-makan.

6 menit

1. sang guru
2. kaleng rombeng
3. blue sky
..
7. marjan


1 jam

30. pria berkumis


3 hari
104. mermut kecil
105. beruang madu



Epilog

… Dan sejuta kisah di sejuta tempat dengan sejuta ekspresi dari sejuta anggota lainnya yang tidak sempat dikisahkan di sini.

Sebuah potret dunia kecil yang teramat indah. Pada detik yang sama, mungkin kita sedang tersudut di pengap stasiun Jatibarang, terjebak di hiruk pikuk penerbangan bandara Soekarno-Hatta, merana di kamar pengap kos-kosan, terengah-engah dalam sebuah meeting tak berkesudahan, tergolek sakit di tempat tidur, terjebak di sebuah kantor di bilangan Kemayoran dengan bos yang tiada henti mengomel, sedang putar-putar Yogya menikmati damai musik mengalun di dalam bus Transyogya. Pada detik yang sama, kita mungkin berada di berbagai tempat, berbagai kota, berbagai Negara, berbagai benua.
Tetapi jauh di dalam hati, kita semua tahu, bahwa meski raga tak bersua, ada hangat yang merembes, ketika kita sadar, bahwa dengan beberapa click di computer, tuts hp, ada dunia yang menyatukan kita. Sebuah dunia yang terangkum indah, terwadahi sempurna dalam sebuah folder di inbox email kita berlabelkan : loenpia.

Kita mungkin terberai pada koordinat dunia yang berbeda. Pada aktifitas yang tidak sama. Tapi karena komunitas ini, kita mengetahui, bahwa ada sebuah oase yang akan selalu menyatukan kita. Ada tempat yang selalu memanggil kita pulang. Tempat yang menerima kita apa adanya. Tempat yang dengan segala cerca, cicau, dan sengaunya selalu menerima kita: apapun kondisinya.

Kehangatan yang ditawarkan. Kesintingan yang selalu berulang. Gurau, caci, hardik, marah, benci, sebal, info, menjelma menjadi sebuah ruang yang selalu memanggil kita untuk selalu kangen pulang. Terkadang memang tidak selalu menjadi seperti yang kita inginkan. Berbagai karakter dan kedalaman ilmu tiap anggota, membuat tidak selalu yang diharap bisa berwujud menjadi nyata. Tapi paling tidak, keterbukaan, kehangatan, keberterimaan dalam komunitas ini, membuat kita yakin, bahwa apapun warna jiwa kita, apapun kondisi jiwa kita, ada tempat bagi kita untuk menyebar resah. Ada tempat untuk berlari telanjang tanpa khawatir caci penghinaan. Ada tempat, setidaknya dan seburuknya, untuk berbagi cerita.

Selamat ulang tahun Loenpia. Tetaplah menjadi tempat menyenangkan untuk berbagi resah. Berbagi ilmu. Berbagi kisah. Dan apabila anda beruntung.. juga berbagi cinta.

Personal message:
Maaf bila tidak selalu bisa hadir. Tidak selalu bisa terlibat.

No comments: