Thursday, March 5, 2009

Dignity: Masihkah ada pada diri kita?

Dengan segala hormat, mari untuk 5 menit ke depan, kita jujur terhadap diri sendiri. Apakah setiap larit nafas yang kita ambil, setiap makanan yang kita jejalkan ke perut, setiap sikap yang membusungkan dada kita, setiap ucapan yang menghambur dari lidah kita, setiap sikap yang lahir dari kontemplasi pikiran kita, telah lahir dari sebuah paradigma penghormataan terhadap dignity (harga diri kesatriaan)?

Tentu saja, kita tidak berpotensi menjawab iya atau tidak, andai konsep dignity sendiri masih belum jelas tergambar dalam ruang pikiran kita. Dignity adalah nilai-nilai luhur yang menjadi panutan hidup seorang ksatria. Ksatria sendiri adalah pribadi pilihan. Mereka lahir dari bibit unggulan, mendapatkan pendidikan terbaik, mendapat makanan paling bergizi, mendapat standar kehidupan paling tinggi. Ksatria adalah titisan dewa. Kepada dirinya melekat nilai-nilai Illahi. Mereka lah cermin dari sifat-sifat adiluhung yang mengajarkan bagaimana seharusnya kehidupan dijalani.

Lalu, bagaimana dignity kemudian diterjemahkan dalam perilaku kehidupan. Seorang ksatria tidak akan membunuh musuh yang tidak lagi kuasa memanggul pedang. Ksatria tidak akan mengambil apa yang tidak menjadi miliknya. Apabila tidak diberi, seorang ksatria pantang untuk meminta. Darah ksatria akan menghitam ketika ia mengambil melebihi apa yang diberikan ataupun yang ia butuhkan. Ksatria pantang berkata dusta. Bagi mereka, janji hanya diterjemahkan dalam dua kata sederhana: dipenuhi atau mati.

Adakah harga diri kesatriaan dalam deras laju darah kita? Tinggal tersisa 3 menit untuk jujur menjawabnya. Sejatinya, ada seorang ksatria dalam diri kita. Mari saudaraku, bangunkan ia. Biarkan kita melangkah dalam tegap laju seorang ksatria. Hiasi gerak laku hidup kita dengan keagungan dan kesantunan hidup ksatria. Panggul perisai kehidupan, hadapi garangnya zaman dengan pekik gagah teriakan ksatria. Gendong kekasih kita dengan tangan-tangan kokoh ksatria. Lindungi mereka yang kita cinta dengan keberanian dan kesaktian dada ksatria. Hiduplah dengan harga diri kesatriaan. Dan andai harus mati, mari songsong kematian dalam kehormatan diri ksatria sejati.

Tidak harus ada pasukan yang kita pimpin. Tidak harus ada gelar yang kita sandang. Tidak juga harus ada kuda hitam jantan yang kita tunggang. Karena untuk menjadi ksatira, cukuplah hanya dengan berperilaku hormat terhadap diri kita sendiri.

Tegakkan harga diri kesatriaan Anda, lalu lihatlah apa yang terjadi.

No comments: