Tuesday, January 26, 2010

Dunia Fantasi Taylor Shift

Tingkah lentik Taylor Shift dalam ‘You Belong with Me’ membangkitkan beberapa khayal dalam benakku. Pertama, mungkin, akan menyenangkan andai untuk beberapa saat dapat melipat waktu, kembali kemasa usia belasan tahun. Meski tidak semua usia muda menyenangkan, tetapi, lihatlah, siapa dapat menolak pesona dunia remaja dalam wujud lingkar hidup Taylor Shift. Tunggu, maksudku di sini bukan dalam hidup nyata Taylor Shift. Kalau itu, memang pastilah sangat menyenangkan. Tetapi, lebih pada pedar-pedar gairah remaja yang demikin kuat memeluk video clip Taylor tersebut. Sepasang remaja yang hidup dalam rumah berdampingan. Terlilit oleh gejolak jiwa yang, tentu saja, tidak jauh-jauh dari persoalan rasa. Terpisah hanya oleh tirai jendela, dunia seolah kemudian mewujud indah.

Fantasi kedua, mungkin, alangkah menyenangkannya andai punya rumah berdampingan dimana jendela kamarku berhadapan jendela kamar gadis menawan. You belong with me memang bukan kelebatan slide pertama yang menawarkan godaan romantis tersebut. Girl Next Door, dimana Elisha Cutchbert demikian menggoda ketika tertangkap lewat tirai kamar sebelah sedang berganti baju; Like boy and girl, dimana untuk berpindah kamar yang saling berhadapan cukup menggunakan batang pohon yang tumbuh tepat di antara kedua kamar; atau beberapa film lain yang, hehe…, aku sudah tidak ingat. Bayangkan: kamar saling berhadapan, saat menarik tirai akan langsung menatap lurus jendela dia, hm… tidakkan itu sebuah imaji indah yang ‘pantas’ diwujudkan? Andai aku seorang pengembang, akan aku wujudkan impian yang pasti menjadi imajinasi tiap pemuda pemudi di negeri tercinta ini.

Fantasi ketiga, ingin segera merampungkan terapi, menyembuhkan luka agar dapat lekas kembali berlari. Pusat pesona lelaki, seringkali dilukiskan, hanya terpusat pada 2 hal simpel: bintang lapangan olahraga atau jago bermain musik. Mengingat aku masih tertatih menata jari untuk membujuk senar gitar menghasilkan irama mempesona, maka aku harus kembali menegakkan kaki untuk dapat berlari. Tetapi, belajar metik gitar tidakkah lebih mudah daripada menyambung tulang kaki yang terberai patah? Ah, dua-duanya sama susah. Hehe..

Fantasi keempat, ingin memelihara rambut agar tampil cute dan acak-acakan seperti pemeran pria dalam video clip tersebut. Hehe.. Tidak yakin juga konstruksi wajahku nyambung dengan potongan rambut seperti itu. Tetapi, kalau tidak menambah cakep, setidaknya kalau itu tidak akan menambah jelek, tidak apa-apalah untuk dicoba. Haha.. ngarep.

Fantasi kelima, ingin mematikan segala gadget komunikasi agar kembali merasai romansa berkirim berita lewat kertas yang dicoret. Agak ribet memang, tetapi, hm.. pesona romantisme-nya demikian legit menggoda. ketika menggoresi kertas dengan aneka huruf yang luruh dari hati, hati pastilah tiada henti bersenandung indah. Lalu, kemudian, ketika meletakkan kertas itu di depan dada agar terbaca si dia, hm.. pesona kontak mata yang tercipta sanggup menghadirkan berjuta-juta tegangan listrik yang anehnya, berasa mak nyes, menentramkan dada. Di samping aura goda romantisme, satu lagi, metode berkirim kata ini juga tidak memerlukan pulsa, sehingga dapat lebih menghemat biaya. Hehe…

Fantasi keenam, hm.. bilang gak ya, fantasi keenam adalah, seperti terlihat di akhir video clip, membiarkan rasa sayang itu menggerakkan mata untuk membujuk bibir agar menemui pasangannya. Hm.. setelah beberapa detik merasai tatap mata yang penuh mengembuskan ekspresi sayang, maka tak ada cara lebih indah untuk mengakhirinya selain memenuhi rongga bibir dengan lembut bibirnya. Hm.. jangan berpikir macam-macam. Terkadang, memang demikianlah adanya cinta diterjemahkan. Hihi..

Fantasi ketujuh, ini mungkin fantasi paling berat di antara deret fantasi sebelumnya, mengirim lamaran agar dapat terpilih menjadi pemain pria di video clip Taylor Shift selanjutnya. Berat? Memang. Mustahil? Tidak juga. Hehe.. kalau tidak dicoba, mana ada peluang untuk berhasil. Kalau pun ditolak, setidaknya, itulah hukum alam yang seharusnya terjadi. Haha..

Taylor Shift menjadi alasan yang wajar bagi semua pria untuk berkhayal. Ia cantik. Muda. Berbakat. Dan penuh dengan ledakan pesona. Bagiku pribadi, Taylor Shift adalah perwujudkan feminim dari Avril Lavigne. Penuh ledakan pesona. Karakter vokal keduanya juga nyaris serupa. Dan, yang penting, mereka berdua memenuhi ruas bilangan muda usianya dengan bekerja menghasilkan karya-karya indah pemanja rasa dan mata.

Berkaryalah selagi muda ataupun ketika telah menjadi tua?[]

2 comments:

LiLy LOL said...

yang bener tu taylor swifht kaleeeee

Anonymous said...

Bukannya Taylor Swift?