Tuesday, January 26, 2010

Motif, Gembira, Bahagia

Untuk mencapai kemuliaan, seorang harus bangga terhadap apapun yang ia lakukan. Kebanggaan tersebut bukan disandarkan pada justifikasi sosial, atau legitimasi status yang ia peroleh dari, apapun, profesinya tersebut. Keagungan nilai pribadi seseorang, bagiku, lebih dituntut oleh alasan yang ia punya dalam mengerjakan apa yang ia lakukan. Alasan, dalam keyakinanku, tidak harus seturut dengan kemuliaan definisi rancangan kebanyakan orang. Keagungan alasan, aku menamainya demikian, lebih aku percaya dalam arti seberapa dalam seorang menyakini dan menghargai apa yang ia lakukan.

Manusia, terlepas dari apapun status dan pendidikannya, adalah makhluk yang digerakkan oleh motif. Seperti laju tinta dalam kumpulan zat cair, motif akan mewarnai perasaan dan totalitas seorang dalam melakukan tindakan. Alasan, motif, atau apapun definisi yang disematkan, seturut kita meyakini dan menghayatinya dengan sungguh, bagiku adalah menghadirkan kecintaan terhadap pekerjaan. Meski keabsahan dan kelurusan alasan adalah sesuatu yang sah diperdebatkan, tetapi, keyakinan seorang terhadap alasan tersebut, kegigihannya akan kebenaran alasan tersebut, akan melahirkan keikhlasan dan kedamaian bagi pribadi bersangkutan. Saya tidak sedang berbicara tentang alasan-alasan yang biasa diterima umum. Saya juga tidak sedang menginventaris jenis-jenis alasan yang biasa diakui sebagai konvensi umum sebagai hal yang dapat diterima.

Tiap manusia boleh hadir dengan beragam motif dalam melakukan apa yang ia lakukan sekarang. Sepanjang ia meyakini, meneguhi, dan menjadikan alasan tersebut untuk membantunya luruh menghayati dan mencintai apa yang ia lakukan, bagiku, ia telah menumbuhkan cinta dalam pekerjaan. Jalan ke surga tidak selalu harus dibangun dengan maksud baik. Penduduk surga tidak selalu harus dipahami sebagai insan suci, atau manusia yang mengklaim terbebas dari dosa dan angkara. Klaim terhadap nilai motif, tidak akan seturut serta menyajikan kemuliaan atau kehinaan yang tersaji sesudahnya.
Bagiku pribadi, kecintaan, keikhlasan, dan kegembiraan kita dalam meneguhi motif, selalu akan menghadirkan kemuliaan pada setiap apapun yang manusia lakukan. Kita tidak bisa mengulangi apa yang terjadi, kita juga tidak bisa mendikte apa yang harus tampil di esok hari. Sepanjang kemurniaan dan keceriaan hati kita terjaga, pasir yang semula terdiam di genggaman, dengan kehendak alam, akan menjadi butiran emas yang memuliakan tangan, raga, dan jiwa kita.

Jadi, mari kita bergembira untuk apapun yang sedang kita lakukan.

No comments: