Friday, May 7, 2010

Kesenangan di Jum’at Pagi

Pagi ini, dan demikianlah tiap pagi di hari Jum’at, menyusuri trotoar kompleks kantor, aku mendapati mereka berderap memercik keringat. Dalam baris yang terkadang tercerai karena gelak canda, mereka berlari-lari kecil sambil bersenandung. Bukan jenis lagu kontemporer tentu saja, melainkan nada-nada mars peletup semangat.

Bahkan, acapkali, lagu-lagu anak-anak yang diaransemen ulang dengan syair telah diubah. Diantara mobil dan motor yang berlalu, mereka terus berlari dan bersenandung. Menjadikan kaos yang membungkus raga semakin sembab oleh tetes keringat.

Sebuah ritual yang sederhana sebenarnya, tetapi sungguh, menerbitkan badai cemburu yang menghebat di jiwa.

Ketika mata masih menatap laju baris yang makin lama terlihat mengecil itu, kaki ini seolah menghentak berontak. Kaki sebelah kanan bahkan telah bersiap menghambur. Hanya, ia tak dapat kemana karena kaki kiri tetap saja terpaku di tempatnya. Kegalauan yang dirasa kaki kananpun dengan cepat merambat ke bola mata. Redup jelas terpancar di sana. Dan, beberapa saat kemudian, redup itu pun menjalar. Menghadirkan keruh membentuk make up yang melapisi wajah.

Senyum yang sempat terlontar ketika berpapasan, sontak luruh tersapu badai keruh. Gelombang negatif itupun semakin menjalar. Berlari melalui tenggorokan dan dengan kejam langsung menghajar ulu jiwa. Hati menjadi menggelepar. Mengerdil. Pekat terbungkus dengki, marah, dan keruh penyesalan.

Aku adalah manusia pelari. Dulu, nyaris di tiap sore, aku menyusuri lapangan atletik stadion Tri Lomba Juang. Bersama atlet-atlet kota Semarang, kami menikmati sore dengan menghentakkan langkah memeras keringat. Bersama beberapa teman yang hadir kemudian, kami lantas memainkan sepakbola. Berlari kami mengejar bola. Diantara canda. Dalam hiruk tawa. Sambil sesekali bertingkah konyol tiap ada gadis ayu berderap lewat.

Kesenangan, setiap pagi di hari Jum’at, bagiku, bukanlah menghirup aroma kopi Starbucks. Bukan juga menyelam dalam hangat teduh air kolam apartemen. Tidak juga melaju dalam kokpit BMW menghirup udara lembut puncak. Kesenangan, di pagi hari Jum’at, adalah membayangkan aku dapat berlari. Merentangkan tangan. Menyeka keringat yang membasah. Meski, mungkin, tanpa senandung lagu-lagu mars seperti yang selalu dinyanyikan para pasukan pengamanan dalam tersebut.

No comments: