Wednesday, June 30, 2010

‘Apa yang membuatku meragu?’

‘Aku tak kuasa memanah rembulan sebagai hadiah ulang tahunmu. Tiada jua kuasa aku sekadar menariknya mendekat, menghangati kita menikmati makan malam. Padan fisikku juga tiada seindah Yusuf yang elok ragawinya memukau memakukan angin. Pun aromaku tidaklah semendayu parfum yang membuat manusia tanpa sadar menarik busana menelanjangi dirinya.’

‘Tak ada yang mampu aku janjikan. Tak ada juga yang mampu aku bangun sebagai wujud suci pemujaanku kepadamu. Aku hanyalah hamba yang melata. Tiada kukuh menopang raga. Pincang menapaki bumi. Jangan pernah membayangkan aku menari menggendong busung ranum ragamu. Bahkan, berjalanku pun aku mengundang iba.’

‘Aku tak akan pernah mampu mengejarmu berlari. Apalagi mengikuti lengok gemulai jemarimu menarikan tetarian India. Kakiku tiada mampu membentuk sudut memutar tubuh melafalkan irama salsa. Menegakkan tubuhku saja aku kepayahan. Apalagi menopang ragamu menyusun formasi tari yang teramat kamu suka.’

‘Aku bukanlah manusia utuh. Ragaku meranggas. Jiwaku melepuh. Aku menapaki kemarau bahkan ketika langit masih deras mengguyurkan hujan.’

‘Pergilah selagi sempat. Tak perlu hiraukan aku.’

1 comment:

R. Arpinata said...

aq suka tulis mu.. dan gaya bahasanya