Thursday, January 29, 2009

Sebuah surat untuk Michael Heart

Tidak perlu bertemu untuk merasakan dekap hangat persaudaraan. Tidak perlu mengenal untuk menghadirkan dekap hangat kebersamaan. Apabila mata belum sempat bersitatap, kita masih punya telinga untuk mewakili berbincang. Ada banyak cara untuk membangun sebuah kedekatan. Ketika larit kepentingan kita berpijar pada garis yang sama, saat itulah nada-nada harmoni menyatu saling menguatkan langkah.

Seperti angin yang tetap menghangati batang-batang asing pohon yang ditemuinya, demikianlah suara kamu menyapa hatiku. Aku tidak mengenal siapa kamu. Tekad untuk berkunjung ke situs kamu pun belum sempat terurai menjadi bukti. Hasilnya, hingga malam ini, aku hanya mengenal suara kamu. Tapi, saudaraku, gubahan lagu kamu untuk Palestine, lebih dari cukup untuk mengaduk keseluruhan emosi jiwaku.

Aku memang tidak ada di sana untuk merasakan bagaimana roket menukik berurutan seperti langit berlubang yang menghamburkan air hujan. Aku juga tidak disana untuk menyeka peluh dan darah saudara muslim yang terberai di jalan-jalan Gaza. Setelah berminggu-minggu para perampok itu menjarah wilayah Gaza, aku masih saja hanya dapat melihatnya melalui layar berita.

Saudaraku, kamu benar adanya. Biar para Yahudi itu merubuhkan masjid, sekolah, dan rumah saudara kita di Palestina, tapi butuh lebih dari sekedar bom atau senjata kimia untuk merontokkan keyakinan dan semangat saudara-saudara kita. Serat Kalvin mungkin tepat untuk melenturkan laju peluru yang menghantam raga. Kulit kanguru boleh saja diklaim sebagai kulit paling kuat hingga direkomendasi menjadi baju para pembalap. Tapi, sejatinya, kulit para pejuang Palestine, adalah kulit terkuat yang pernah dicipta. Kekuatan ayat-ayat Allah yang mengalir di balik kulit-kulit para syuhada membuat hati mereka tak tersentuh oleh roket-roket jahanam Israel.

Terima kasih untuk telah menyulamkan nada menjadi perekat jiwa kami. Semoga Allah memberkati engkau, wahai saudaraku, Michael Heart.

No comments: