Friday, April 23, 2010

Kopo 1: Berubahlah..

Aku merepih luruh. Tertinggal sebagian rasa di pucuk-pucuk dedauan Kopo tempat rasa ini menggelapar. Semalam. Tatkala bulan menyepuh malam. Saat awan mencair perlahan dari bulatannya yang mengggumpal.

Tubuh hanya menggelontor di antara buih-buih aroma kopi yang masih lamat mengambang di antara bibir yang baru saja reda mengeja rentetan dialektika formal tanpa rasa. Sesekali mata mengejap. Mengapit masuk bayang lenggak lenggok wajah ayu dalam channel Fashion TV. Rasaku melepuh. Mengering di antara udara Kopo yang meruap selarit basah.

Aku mengerti mengapa mereka duduk melingkar di kursi empuk itu. Di antara hangat kacang rebus, dalam sela jagung yang bertubrukan lembut dengan deret gigi, berpadu gigit halus pisang rebus, mereka mengeja huruf-huruf yang terlihat absurd. Bukan karena ia tiada mengada. Tetapi, karena ia dikeluarkan tanpa makna.

Aku pun lebih suka menyusuri lorong di apit dua tempat pertemuan itu. Sesekali menghampirkan tubuh di antara aneka jajan yang masih menyisakan tipis aroma hangat di atasnya. Menyorongkan cangkir. Mengalirkan pekat kopi. Menambahkan sedikit cream dan gula, mengaduknya perlahan, lalu merasai aliran hangat mengakrabi tenggorokan hingga jiwa. Meski hanya dilingkupi oleh keheningan hampa, aku lebih mengakrabi lorong ini daripada menindih pikiran dengan aneka kata yang berputar tanpa makna.

Aku curiga, mereka bukan melakukan apa, tetapi hanya bermain pingpong dengan bola berujud kata. Hanya, permainanan yang tersaji datar cenderung membosankan. Tak tersaji ritmis lekuk manis intonasi, kedalaman makna yang mampu melahirkan pesona, apalagi ketangguhan smash sebuah kemenangan akan kecerdasaan yang terpola. Mereka berucap. Mereka bermain. Tetapi, sungguh, hanya sekadar berbalas kata.

Mematikan televisi, menarik selimut membalut lutut, menulis selamat tidur di antara layar handphone, anganku berbalut getir: bila mereka bermain seperti ini, tak akan pernah tercapai angan 70 peraturan di periode ini.

Setidaknya, terima kasih telah membuatku merasai hangat udara Kopo.

No comments: