Thursday, April 29, 2010

Siklus. Lingkaran. Hina Dina

Siklus itu kembali berdenyut. Setelah sekian lama. Dan, tetap saja, dengan aroma nadir yang sama.

Kurung rapat pekerjaan yang sempat menciptakan hening, kini runtuh sudah. Hanya meninggalkan bilangan minggu, lingkaran itu kembali mengada. Noda, atau entah apa sebutan pastinya, yang hadir sedari kurun sekian tahun lalu, ternyata, tak pernah sekalipun mati terbunuh waktu. Kalaupun surut, ia hanya menepi. Tak pernah ia dapat diledakkan. Dilesakkan. Dipaksa, dengan cara apapun, untuk pergi menghilang.

Terperangkap di labirin ini, aku tak pernah bisa menemukan jalan memburai keluar. Aku hanya mampu berputar. Bergerak melingkar. Berusaha kemana tanpa mendapati apa. Jejak memang aku injak. Tetapi hanya kubangan tapak yang tercipta. Tak sekalipun, deret heksa jengkal aku raba.

Lalu, akankah aku habiskan lebih banyak lagi waktu untuk memutari siklus tak berharap ini?

Sebenarnya, tak perlu jawab atas tanya itu. Sedari dulu, jawab itu telah mengapung. Mengada untuk dieja. Tetapi, tetap saja, aku tak mampu menggenggamnya seperti Percy Jackson mengibaskan petir. Jawab itu selalu melayu. Bahkan, sebelum aku sempat melemparnya.

Aku tak bahagia dengan lingkaran ini: sebuah hiruk yang tidak mengajakku kemana. Tetapi, jujur saja, aku kehabisan cara untuk meledakkannya. Lingkaran itu, sungguh, tidak akan pecah dengan diurai. Silklus itu, lingkaran itu, hanya ambruk bila aku menghancurkan ‘diri’.

Dan, setelah sekian lama, alasan apa yang tetap membuatku bertahan untuk tidak meledakkan ‘diri’?

Entahlah. Kirim aku jawab bila langit di atas anda mengirimkan jawabnya.

---
gambar diambil dari sini

No comments: