Monday, June 7, 2010

Malam Itu.. (1)

Hm.. aku menemukannya kala senja membentuk selendang yang melambai-lambai di angkasa. Di antara kerlip. Dalam keremangan yang tersulam sinar lampu restoran.

Sengaja aku datang lebih cepat dari kesepakatan. Setelah berdoa di gedung sebelah, nyasar sebentar karena baru pertama mengakrabi tempat itu, di tambah menunggu beberapa saat di kursi ‘waiting list’ aku pun duduk di meja nomer 3. Tak berapa jauh dari kasir. Menempel tepat di sebelah jendela.

Tempat duduk yang menyenangkan. Sesekali menikmati pengunjung lalu lalang, aku dapat melontarkan pandang keluar. Merasai senja yang turun berubah warna menjadi hitam.

‘Aku sudah mo sampe,' demikian tulisnya. Setelah beberapa kali bertukar pesan, akhirnya ia dapat melepaskan diri dari kemacetan. Ketika menyelesaikan comotan Garlic Bread ketiga, aku mendapati namanya berpedar di layar handphone.

‘Kursi nomor 3,’ demikian aku menjawab pertanyaannya. Dan, begitu melihatnya muncul dari balik pintu, saat itulah, dimulai segala keindahan itu.

Diawali dengan sebuah tanya kepada pramuniaga, ia lalu mengulurkan tangannya ke arahku. Sosok yang bening. Kulit yang jernih. Pinggang yang ramping membentuk cemara. Dalam balut jenjang lehernya, bertahta sebuah dagu lancip penyempurna keindahan wajahnya.

30 menit menunggu. Jengah yang sempat meletup, sontak luruh. Undur diri. Amblas tersapu senyum manis dari bibir selarit kuas bersepuh gincu. Sambil mengaduk hot cappucino, mataku membentuk huruf. ‘Untuk keindahan seperti dia, menunggu semalam pun sepertinya tak jadi mengapa’.

Kaku sempat mengambang. Tapi, senyum selalu dapat mengatasi semuanya. Tak berapa lama, ia membaris kata mengeja sebab ia terlambat hampir setengah jam lamanya. Aku menikmati rasa bersalah yang menyepuh putih pipinya. Tak hanya kegembiraan. Rasa bersalah, atau mungkin kesedihan, ketika ia terukir pada warangka keindahan, tetap akan menghadirkan kesejukan.

Dalam diam, aku menikmati keindahan yang mulai menggurat menjelma lukisan.

No comments: